Banyuwangi Tingkatkan Akses Layanan Air Minum Inklusif untuk Penyandang Disabilitas
BANYUWANGI — Kabupaten Banyuwangi terus menunjukkan komitmennya dalam mewujudkan pembangunan inklusif, salah satunya melalui peningkatan akses layanan air minum bagi penyandang disabilitas. Langkah ini diwujudkan dengan menggandeng Perusahaan Umum Daerah Air Minum (PUDAM) Banyuwangi untuk memberikan fasilitas pemasangan sambungan rumah (SR) gratis dan keringanan tarif air bagi keluarga disabilitas kurang mampu.
"Kami terus mendorong pembangunan inklusif, termasuk memastikan akses layanan air bersih dan sanitasi yang dapat dirasakan manfaatnya oleh semua lapisan masyarakat, termasuk penyandang disabilitas," ujar Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani dalam acara peringatan Hari Disabilitas Internasional di Balai Desa Benelan Lor, Kecamatan Kabat, Selasa (17/12/2024).
Acara tersebut dihadiri oleh organisasi penyandang disabilitas, seperti Perkumpulan Penyandang Disabilitas Indonesia (PPDI), Himpunan Wanita Disabilitas Indonesia (HWDI), Gerakan untuk Kesejahteraan Tunarungu Indonesia (Gerkatin), serta komunitas Aura Lentera.
Bupati Ipuk berharap program ini mampu meningkatkan kualitas hidup masyarakat disabilitas. "Semoga program ini dapat memudahkan teman-teman disabilitas dalam mendapatkan layanan air minum yang lebih berkualitas," tambahnya.
Direktur Utama PUDAM Banyuwangi, Abdurahman, menjelaskan bahwa keringanan tarif diberikan dengan menggolongkan pelanggan penyandang disabilitas ke dalam tarif Golongan Rumah Tangga 1 (R1). Adapun pemasangan SR gratis dilakukan berdasarkan hasil survei tim PUDAM.
"Syaratnya, rumah harus memiliki daya listrik maksimal 1.300 watt, merupakan tempat tinggal, dan termasuk bangunan semi permanen atau permanen dengan kualitas standar," ungkap Abdurahman.
Selain itu, Banyuwangi juga mendapat dukungan dari program Kemitraan Indonesia-Australia untuk Infrastruktur (KIAT) melalui program hibah Kesetaraan Gender dan Inklusi Sosial (GESIT). Program ini melibatkan perempuan dan penyandang disabilitas dalam pelatihan pengelolaan air bersih, seperti pelatihan kualitas air, mitigasi penyelamatan mata air, hingga baku mutu air.
Ketua PPDI Banyuwangi, Umar Asmoro, menyebutkan bahwa program GESIT yang telah berjalan hampir satu tahun ini berhasil melatih ratusan perempuan dan penyandang disabilitas untuk berpartisipasi aktif dalam pengelolaan air bersih.
"Kami juga mendorong lahirnya kebijakan yang melibatkan perempuan dan penyandang disabilitas dalam pengelolaan air bersih di tingkat pemerintah. Ke depannya, program ini akan ditingkatkan dengan pelatihan sertifikasi agar peserta dapat diterima bekerja di sektor formal," ujarnya.
Salah satu bentuk advokasi pengelolaan air bersih dilakukan di Desa Benelan Lor, Kecamatan Kabat. Desa ini telah menjadikan pengelolaan air sebagai unit baru yang dikelola oleh Badan Usaha Milik Desa (BUMDes).
"Air adalah aset desa, sehingga pengelolaannya harus dilakukan oleh desa agar manfaatnya kembali dirasakan masyarakat," tutup Umar.