
Media Rakyat – Gambar bergaya Studio Ghibli hasil teknologi kecerdasan buatan (AI) tengah ramai menghiasi media sosial, termasuk di Indonesia. Tren ini memicu diskusi hangat mengenai hak cipta dan arah perkembangan seni di era digital.
OpenAI, perusahaan teknologi asal Amerika Serikat, baru-baru ini merilis generator gambar terbaru yang memungkinkan pengguna menciptakan visual dengan berbagai gaya, termasuk animasi khas Studio Ghibli asal Jepang. Fitur ini segera menjadi viral, memperlihatkan visual swafoto, hewan peliharaan, hingga tokoh-tokoh politik dalam nuansa imajinatif ala Ghibli—dikenal dengan warna-warna cerah, karakter bermata besar, dan suasana ala dongeng.
CEO OpenAI, Sam Altman, menjadi salah satu pelopor tren ini dengan mengunggah gambar dirinya dalam gaya Ghibli di platform X (sebelumnya Twitter). Unggahan ini kemudian diikuti oleh CEO X, Elon Musk, yang membagikan gambarnya sebagai Rafiki dari The Lion King, menggendong seekor anjing kecil dengan judul “Tema hari ini”.

Studio Ghibli: Ikon Animasi Jepang
Studio Ghibli adalah rumah produksi animasi ternama yang berbasis di Tokyo. Didirikan oleh Hayao Miyazaki, Isao Takahata, dan produser Toshio Suzuki pada 15 Juni 1985, studio ini dikenal karena film-filmnya yang menyentuh, penuh harapan, dan digarap dengan nilai seni tinggi.
Empat filmnya masuk dalam daftar 10 film Jepang terlaris sepanjang masa. Beberapa di antaranya memenangkan penghargaan bergengsi seperti Oscar, Golden Bear, Golden Globe, dan BAFTA. Spirited Away, misalnya, memenangkan Oscar 2003 untuk Film Animasi Terbaik.
Dunia dalam Gaya Ghibli
Seiring meluasnya tren ini, berbagai platform online mulai menampilkan peristiwa global dan tokoh-tokoh dunia dalam gaya visual Ghibli. Seorang pengguna X menyebut gambar-gambar tersebut “penuh nostalgia” dan seperti “adegan dari kenangan lama.”
Di Indonesia, tren ini juga berkembang pesat. Beberapa pengguna mengunggah versi Ghibli dari momen-momen penting sejarah Indonesia—seperti proklamasi kemerdekaan, pengunduran diri Presiden Soeharto, hingga pelantikan Presiden Prabowo Subianto dan Wapres Gibran Rakabuming Raka. Rangkaian gambar ini menarik perhatian luas dan banyak disukai.
Namun, di tengah antusiasme tersebut, muncul juga kritik. Beberapa netizen menganggap penggunaan AI untuk meniru gaya visual Studio Ghibli sebagai bentuk pelanggaran etika dan hak cipta. Mereka menilai karya Ghibli adalah hasil kerja keras bertahun-tahun, yang tak seharusnya diduplikasi secara instan oleh teknologi.
Sorotan terhadap Hak Kekayaan Intelektual
Di level global, perdebatan soal AI dan hak kekayaan intelektual semakin intens. Di Amerika Serikat, lebih dari 400 artis—termasuk Ben Stiller dan Paul McCartney—melaporkan OpenAI dan Google atas dugaan penggunaan karya mereka tanpa izin.
Sejumlah pengguna media sosial juga menyuarakan kekhawatiran terhadap pelanggaran hak cipta ketika AI meniru gaya visual milik seniman tertentu. “Menggunakan AI untuk meniru karya Ghibli adalah tidak etis. Ini menghina kreativitas orisinal,” ujar salah satu pengguna X.
Menanggapi kontroversi ini, OpenAI menyatakan tengah mengevaluasi kebijakan internal dan akan terus memantau penggunaan teknologinya agar tetap berada dalam batas etika yang bisa diterima.
Sampai saat ini, Studio Ghibli sendiri belum mengeluarkan pernyataan resmi terkait maraknya gambar AI yang meniru gaya mereka. (Red/wir)