Media Rakyat | Madzirnu – Dalam suasana yang hangat dan penuh makna, KH. Imam Sahrowardy, Kepala Yayasan dan Pengembangan Pondok Pesantren Darul Muridin, menyampaikan pesan mendalam tentang pentingnya ketaatan kepada Allah, Rasulullah, dan ulil amri (pemimpin), terutama dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara.
Selain dikenal sebagai tokoh agama, KH. Imam Sahrowardy juga aktif dalam dunia politik sebagai Ketua PAC Partai Gerindra Kecamatan Sempu, Banyuwangi. Kombinasi peran religius dan politik inilah yang memperkuat pesannya agar umat Islam senantiasa menjadikan Al-Qur’an dan As-Sunnah sebagai pijakan dalam mengarungi kehidupan bernegara.
Dalam wawancara eksklusif bersama jurnalis Media Rakyat di kediamannya, beliau mengutip Surah An-Nisa ayat 59 sebagai pedoman utama bagi umat Islam dalam menjalankan pemerintahan yang adil:

“Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul (Muhammad), dan ulil amri (pemegang kekuasaan) di antara kamu. Kemudian, jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah (Al-Qur’an) dan Rasul (Sunnahnya), jika kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu, lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (QS. An-Nisa: 59)
Beliau menekankan bahwa ketaatan kepada ulil amri tidak bersifat mutlak seperti kepada Allah dan Rasul. Pemimpin harus ditaati selama mereka konsisten menjunjung keadilan dan tidak keluar dari koridor Al-Qur’an, As-Sunnah, serta nilai-nilai kebangsaan seperti Pancasila dan UUD 1945.
“Umat Islam itu sebenarnya umat yang paling mudah diatur karena mereka sudah memiliki dasar ketaatan kepada Allah dan Rasul. Tapi, tentu ketaatan kepada pemimpin harus dilandasi hukum dan keadilan,” ujar Imam Sahrowardy.
Merujuk pada Surah An-Nisa ayat 58, ia menekankan pentingnya menunaikan amanah dan berlaku adil dalam setiap keputusan kepemimpinan. Ia juga mengutip Surah Al-An’am ayat 123 sebagai peringatan terhadap kepemimpinan yang diselimuti tipu daya dan ambisi kekuasaan.
“Politik bukanlah tipu daya. Seorang pemimpin harus menjadi sosok yang amanah, jujur, dan menepati janji,” tegasnya.
KH. Imam Sahrowardy juga menyoroti pentingnya partisipasi umat dalam memilih pemimpin. Ia mengutip hadis riwayat Abu Dawud:
“Jika Allah menghendaki kebaikan bagi suatu kaum, maka Dia akan menjadikan orang bijak sebagai pemimpin dan orang dermawan sebagai bendahara.”
Beliau mengajak umat Islam untuk tidak sekadar menjadi penonton dalam dinamika politik, tetapi ikut berperan aktif menjaga arah bangsa agar tetap berada di jalan keadilan dan kebenaran.
“Jangan asal bicara, apalagi di media sosial, tanpa dasar Al-Qur’an, As-Sunnah, atau konstitusi. Kita harus cerdas dan bertanggung jawab,” tambahnya.
Pernyataan beliau menegaskan bahwa peran aktif masyarakat, khususnya umat Islam, sangat penting dalam membentuk kepemimpinan yang amanah, jujur, dan berorientasi pada kemaslahatan rakyat.
“Mudah-mudahan Indonesia menjadi lebih baik di masa depan dengan pemimpin yang adil dan umat yang taat pada nilai-nilai agama serta konstitusi,” pungkas Imam Sahrowardy.