Banyuwangi – Salah satu televisi lokal yaitu Jtv Banyuwangi menggelar acara diskusi publik bertajuk “Gesah Bareng” di Hotel Minak Jinggo, Kecamatan Glenmore, Banyuwangi. Acara yang berlangsung hangat dan penuh antusiasme ini mengangkat tema “Rakyat Menyoal Keberadaan Sinergi Gula Nusantara (SGN) Glenmore”.
Diskusi tersebut menghadirkan empat narasumber dari latar belakang berbeda, yakni Joko Prasetyo, seorang aktivis yang selama ini dikenal kritis terhadap isu-isu sosial dan lingkungan; KH. Toha Muntoha, pemerhati sosial dan tokoh agama yang banyak bersuara soal dampak pembangunan terhadap masyarakat; Andrik Tri Waluyo, Kepala Desa Tegalharjo; serta Rojikin, Kepala Desa Sepanjang.
Keempat narasumber menyampaikan pandangan mereka mengenai keberadaan pabrik gula SGN di wilayah Glenmore. Dalam diskusi itu, muncul berbagai sorotan, mulai dari dampak lingkungan, kontribusi terhadap perekonomian warga, hingga transparansi dalam hubungan antara perusahaan dan masyarakat sekitar.
Joko Prasetyo menyoroti pentingnya keterbukaan informasi dan partisipasi warga dalam setiap kebijakan yang berdampak langsung pada kehidupan mereka. “Kita tidak anti investasi, tapi keberadaan industri harus berpihak pada rakyat dan lingkungan,” tegasnya.
Sementara itu, KH. Toha Muntoha mengingatkan pentingnya menjaga nilai-nilai sosial dan budaya masyarakat sekitar agar tidak tergerus oleh dampak industrialisasi. “Jangan sampai rakyat menjadi penonton di tanahnya sendiri,” ujarnya.
Dari sisi pemerintahan desa, baik Andrik Tri Waluyo maupun Rojikin memberikan masukan konstruktif, berharap adanya sinergi nyata antara pihak SGN dengan pemerintah desa untuk mendorong pembangunan yang berkelanjutan dan berdampak langsung bagi masyarakat.
Acara ini dihadiri oleh berbagai elemen masyarakat, tokoh pemuda, serta perwakilan dari SGN yang turut menyimak jalannya diskusi. Harapannya, diskusi terbuka seperti ini bisa menjadi jembatan komunikasi antara rakyat dan pemangku kepentingan, sekaligus ruang evaluasi terhadap keberadaan industri besar di tengah-tengah masyarakat lokal. ( Ikhsan suryadi )
