Doktor Termuda Lulusan UGM Asal Banyuwangi Jadi Dosen ITB, Bupati Ajak Jadi Inspirator Pendidikan

Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani bertemu dengan Dewi Agustiningsih, doktor termuda dan tercepat lulusan Universitas Gadjah Mada (UGM), dalam acara Halalbihalal Ikatan Keluarga Banyuwangi (Ikawangi) di Bandung, Minggu (4/5/2025). Dewi, yang kini menjadi dosen di Institut Teknologi Bandung (ITB), diminta Bupati Ipuk untuk turut serta menginspirasi generasi muda di daerah asalnya.

“Kami berharap Dewi bisa berbagi kisah perjuangannya kepada pelajar dan mahasiswa di Banyuwangi, agar mereka termotivasi untuk terus belajar dan meraih prestasi,” ujar Ipuk.

Dewi Agustiningsih, putri bungsu pasangan Suyanto dan Surahma asal Kelurahan Tukangkayu, Banyuwangi, berhasil menyelesaikan pendidikan doktoralnya dalam bidang kimia di UGM hanya dalam waktu 2 tahun 6 bulan 13 hari. Pencapaian ini sangat luar biasa, mengingat rata-rata masa studi doktoral di Indonesia mencapai lebih dari empat tahun. Ia juga menjadi doktor pada usia 26 tahun, jauh di bawah rata-rata usia lulusan doktoral nasional yang berada di atas 40 tahun.

Perjalanan Dewi tidak mudah. Sejak SMP, ia harus berjuang keras agar tetap mendapat beasiswa karena kondisi ekonomi keluarga. Ayahnya, seorang sopir honorer di Perhutani, harus pensiun lebih awal karena usia. Berkat kegigihan dan semangat belajar, Dewi terus meraih prestasi akademik, hingga diterima di UGM pada 2016 melalui jalur beasiswa. Ia berhasil menyelesaikan seluruh jenjang pendidikan dari S1 hingga S3 di kampus tersebut tanpa biaya mandiri.

“Jangan pernah takut untuk bermimpi. Asalkan kita punya niat dan dukungan doa dari orang tua, apa pun bisa kita capai,” kata Dewi, alumnus SDN 1 Kepatihan dan SMAN 1 Glagah itu.

Prestasinya semakin lengkap setelah ia diterima sebagai dosen di ITB bahkan sebelum resmi diwisuda. “Sidang terbuka saya berlangsung Oktober tahun lalu, dan pada November saya sudah mendapatkan kepastian diterima sebagai dosen,” ungkapnya.

Bupati Ipuk menyatakan bahwa kisah Dewi membuktikan bahwa dengan tekad dan dukungan yang tepat, anak-anak dari keluarga prasejahtera pun bisa mengukir prestasi gemilang. Ia juga menyoroti pentingnya akses pendidikan melalui program Banyuwangi Cerdas yang telah digulirkan sejak 2011.

“Lewat program ini, lebih dari 3.900 pelajar dari keluarga prasejahtera di Banyuwangi telah menyelesaikan kuliah mereka. Banyak di antaranya yang kini menjadi kebanggaan keluarga dan daerah,” tuturnya.

Kisah Dewi diharapkan menjadi inspirasi bagi generasi muda Indonesia untuk terus berjuang meraih mimpi, apa pun latar belakang mereka.

Tinggalkan Balasan